QoCWw23gI8EUDhTJmxS5QJMhjiKYFqyNZ5DreD0m

Cari Blog Ini

Laporkan Penyalahgunaan

Bookmark

Sampai Akhir Hidupku! - Renungan Matius 25:31-46

 Sampai Akhir Hidupku!

    Shalom. Saat ini kita telah memasuki bulan Desember, dan waktu seolah berlalu dengan sangat cepat. Akhir tahun semakin dekat, begitu pula dengan hari penghakiman Tuhan yang diyakini semakin mendekat. Ada anggapan bahwa berakhirnya konflik antara Israel dan Palestina akan menandai datangnya hari akhir, namun hal tersebut bukanlah fokus utama kita. Hari ini, kita akan merenungkan makna sejati dari kehidupan sebagai seorang Kristen. Tema yang diangkat adalah “Sampai Akhir Hidupku” yang menekankan kesetiaan kita kepada Tuhan. Pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah: apa bukti kesetiaan kita sebagai seorang Kristen? Apakah kesetiaan itu terwujud dalam dukungan terhadap Israel, yang dianggap sebagai bangsa yang diberkati Allah dalam Alkitab? Atau adakah cara lain untuk menunjukkan loyalitas kita kepada Kristus?
    Perikop yang kita bahas berbicara tentang penghakiman terakhir. Sudahkah kita mempersiapkan diri untuk menghadapi hari tersebut? Apakah kita merasa layak dan setia? Dalam perikop ini, kita sering mendengar tentang pemisahan antara kambing dan domba, di mana kambing melambangkan yang jahat dan domba melambangkan yang baik. Kita juga telah diajarkan bahwa mengasihi yang paling hina di antara kita adalah sama dengan mengasihi Yesus itu sendiri.

Kambing atau Domba?

    Sebagaimana kita ketahui, untuk masuk dalam kategori domba, kita perlu mengasihi mereka yang paling hina. Pemisahan antara kambing dan domba tidak berbicara tentang perbedaan agama; domba tidak selalu berarti Kristen, dan kambing tidak selalu berarti agama lain. Titik pemisahnya terletak pada sikap kita. Apakah orang Kristen dapat termasuk dalam kategori kambing? Tentu saja, jika kualitas hidup kita tidak mencerminkan ajaran Kristus, maka kita tidak layak disebut sebagai pengikut-Nya. Jurgen Moltmann menegaskan bahwa ibadah di gereja pada hari Minggu hanya berkenan kepada Tuhan jika diiringi dengan tindakan nyata di dunia pada hari-hari biasa. Dengan demikian, kita tidak dapat mengklaim diri sebagai Kristen hanya dengan menghadiri kebaktian atau membaca Alkitab, tetapi harus disertai dengan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
    Lebih jauh lagi, orang-orang yang beriman dan berbuat baik dalam agama mereka masing-masing, meskipun tidak menyebut nama Kristus, sebenarnya telah berpartisipasi dalam karya keselamatan-Nya. Karl Rahner menyebut mereka sebagai "Kristen tanpa nama" atau "Kristen anonim." Mereka mungkin lebih mencerminkan nilai-nilai Kristiani dibandingkan dengan kita yang mengaku Kristen tetapi masih melakukan tindakan yang menyakiti orang lain.

Daftar Tafsiran

  • Tafsiran TFTWMS
  • Tafsiran Matthew Henry
  • Tafsiran Full Life
Sebuah pembagian yang terdiri dari dua kelompok muncul di seluruh Injil Matius. Pembagian terlihat dalam gandum dan sekam (3:12), jalan yang sempit dan luas (7:13, 14), buah yang baik dan buruk (7:15-20), pembangun yang bijaksana dan bodoh (7:24-27), gandum dan ilalang (13:24-30), ikan yang baik dan buruk (13:47-50), dua anak laki-laki (21:28-32), tamu pernikahan yang siap dan tidak siap (22:1-14), gadis-gadis yang bijaksana dan yang bodoh (25:1-13), dan domba dan kambing (25:32, 33) Pelbagai perbedaan ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang jelas antara mereka yang diselamatkan dan mereka yang sesat .
Yesus Kristus adalah Sang Gembala Agung. Sekarang Ia memberi makan kawanan domba-Nya seperti seorang gembala, dan karenanya dengan cepat Ia akan mengenali domba yang menjadi milik-Nya dan yang bukan, sama seperti Laban memisahkan domba-dombanya dari domba-domba Yakub sejauh tiga hari perjalanan (Kej. 30:35-36). Orang-orang saleh itu sama seperti domba: tidak berdosa, lemah lembut, sabar, dan berguna. Orang-orang jahat sama seperti kambing, jenis binatang yang lebih rendah, buruk, dan susah diatur. Di dunia ini, domba dan kambing makan rumput bersama-sama sepanjang hari di padang rumput yang sama, tetapi pada malam hari dikandangkan di celah gunung yang berbeda. Setelah dipisahkan, Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya
Peristiwa pemisahan ini terjadi setelah masa kesengsaraan besar dan kedatangan Kristus kembali ke bumi tetapi sebelum memulai memerintah bumi ini (bd. Dan 7:9-14; Wahy 5:10; 19:11-20:4). (1) Pada saat Kristus datang kembali orang yang sudah selamat dan yang tidak selamat yang masih hidup di bumi ini dan lolos dari masa kesengsaraan besar masih bercampur. (2) Penghakiman ketika itu meliputi pemisahan orang fasik dari orang benar (ayat Mat 25:32-33). (3) Penghakiman itu akan dilandaskan pada perbuatan kasih dan kebaikan terhadap mereka yang menjadi milik Kristus dan yang menderita. Ungkapan kasih dan belas kasihan ini dianggap sebagai tindakan yang menunjukkan iman dan keselamatan sejati (ayat Mat 25:35-46). (4) Orang fasik tidak akan diizinkan untuk memasuki Kerajaan Kristus, tetapi akan langsung dicampakkan ke dalam tempat hukuman kekal (ayat Mat 25:41,46; Wahy 14:11). (5) Orang benar akan mewarisi hidup kekal (ayat Mat 25:46) dan Kerajaan Allah (ayat Mat 25:34)

Siapa yang Paling Hina?

    Siapakah yang paling hina di antara kita? Mereka yang paling hina adalah mereka yang membutuhkan bantuan. Moltmann juga menekankan bahwa keselamatan yang dibawa oleh Yesus tidak hanya mencakup keselamatan jiwa, tetapi juga pelaksanaan keadilan, perikemanusiaan, dan kedamaian di dunia. Sebagai orang Kristen, kita tidak boleh merasa aman dalam keselamatan kita sendiri, tetapi harus berupaya membawa keadilan dan kedamaian bagi sesama. Mereka yang paling hina adalah mereka yang membutuhkan uluran tangan kita, tanpa memandang latar belakang mereka.
    Dalam konteks konflik Israel dan Palestina, kita dihadapkan pada pertanyaan: kepada siapa kita harus memberikan dukungan? Kita harus menyadari bahwa di balik konflik ini terdapat banyak individu yang terluka. Mereka adalah yang paling hina, yang seharusnya kita kasihi, tanpa memandang agama atau latar belakang mereka. Mereka adalah manusia yang berhak mendapatkan kehidupan yang layak.

Golden Rule!

    Menghadapi penderitaan yang dialami oleh umat manusia, Hans Küng berpendapat bahwa untuk bertahan hidup di bumi ini, kita memerlukan satu etika dasar yang tidak bertentangan dan bermusuhan. Etika dasar tersebut adalah Kaidah Emas, yang mengajarkan kita untuk memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Dengan kata lain, kita harus berbuat baik kepada orang lain jika kita ingin mendapatkan kebaikan dari mereka.
    Kita hidup dalam masyarakat yang beragam, dengan berbagai agama dan keyakinan. Kita tidak dapat mengklaim bahwa hanya kita yang suci dan selamat, sementara yang lain tidak. John Hick, dalam bukunya "Tuhan Punya Banyak Nama," menekankan bahwa ada Satu Yang Abadi yang memiliki banyak nama dalam setiap budaya. 

Sampai Akhir Hidupku(?)

    Melalui renungan ini, kita diingatkan untuk mengasihi semua orang yang membutuhkan bantuan. Kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi seluruh umat manusia. Konsep “Sampai Akhir Hidupku” bukan hanya sekadar tentang kesetiaan, tetapi juga tentang bagaimana kita memanusiakan sesama hingga akhir hayat kita. Ini adalah komitmen untuk melayani mereka yang membutuhkan, serta tanggung jawab kita untuk menciptakan dunia yang penuh sukacita. Kesetiaan kita kepada Kristus seharusnya tidak sia-sia, tetapi berdampak dan membawa keselamatan bagi banyak orang. “Sampai Akhir Hidupku” menjadi pedoman kita untuk hidup berkomitmen, melayani sesama, dan membawa damai sejahtera ke dunia.
    Selamat merayakan Natal. Mari kita penuhi perayaan ini dengan sukacita, sambil mengingat bahwa masih banyak saudara kita di luar sana yang membutuhkan bantuan dan keadilan. Jika kita merasakan keselamatan hari ini, janganlah kita egois dan hanya memikirkan diri sendiri. Mari kita berkomitmen untuk mengabdi kepada Kristus dan menjadi berkat bagi banyak orang. Semoga Tuhan memampukan kita. Amin.